Hati Yang Selalu Tersakiti (Part 2)

Hati Yang Selalu Tersakiti (Part 2)
Aku duduk diam terpaku memandang langit dengan taburan bintang sebagai penghiasnya. Mataku tertuju pada satu benda langit yang sejak tadi sangat menarik perhatianku. Benda itu berbentuk bulat sempurna, dan terlihat sangat terang dari bumi. Apalagi kalau bukan bulan.

Bulan, maukah kali ini saja kau mendengar kisahku. Sebuah kisah yang mungkin terdengar klasik. Tapi sungguh, kisah ini membawa pengaruh besar dalam hidupku.

Bulan, aku ingin bertanya, apakah seorang gadis memang pantas untuk dipatahkan hatinya? Apakah aku memang pantas mendapat perlakuan seperti ini? Aku sadar sepenuhnya bahwa aku hanya wanita biasa yang sangat jauh dari kata sempurna.

    Katakan padaku Bulan, mengapa dia pria yang menjatuhkan hatiku tetapi dia juga yang sanggup mematahkannya. Tanyakan padanya bulan, mengapa dia sekejam itu?

Lihat Juga : Kisah Cinta Pada Saat SMP

Aku benci, Aku benci mengingat peristiwa 5 bulan yang lalu, peristiwa saat dia benar-benar melepaskan genggamannya dari tanganku, berpaling, pergi menjauh dengan alasan yang bahkan aku sendiri pun tak tahu apa alasan sebenarnya. Aku berusaha meyakinkannya, mempertahankannya dengan segala debat yang panjang. Tapi percuma, dia punya hati sekeras batu. Hanya karena impiannya sendiri, dia sanggup menghancurkan impian yang sempat kami bangun bersama. Caranya mematahkan hatiku sungguh sangat sempurna.

    Bulan tanyakan padanya, ingatkah dia, alasan dia dulu mencintaiku. Tolong ingatkan padanya bulan.

Andai dia tahu, sejak itu aku tak pernah pergi jauh dari hidupnya. Berharap bahwa dia akan berubah pikiran, menghampiriku, dan kembali mengenggam tanganku, kemudian terbang membawaku pergi bersama impiannya. Tapi lagi-lagi aku yang salah. Ya ,memang aku yang salah. Karena terlalu banyak berharap kepada manusia, yang ujung-ujungnya hanya akan berakhir pada kekecewaan.

    Katanya, terlalu berharap kepada manusia adalah sebuah tindakan yang seakan mengabaikan keberadaan Sang Maha Kuasa. Ya Tuhan ampuni aku, hanya karena terlau banyak berharap kepadanya aku hampir mengabaikan keberadaan-Mu.

Benci, iya tentu saja aku benci. Apalagi rasa yang bisa aku rasakan selain rasa benci kepada sang pematah hati itu. Apalagi mengingat janji-janji busuknya, harapan-harapan palsunya. Terima Kasih Telah Membaca Artikel Yang Saya Buat, Untuk Yang Belom Baca Part 1. Bisa Di klik:  Hati Yang Selalu Tersakiti (Part 1)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Yang Selalu Tersakiti (Part 1)